Selasa, 13 November 2012

Asuhan Kebidanan Kala III Persalinan

.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah  ini membahas tentang “ASUHAN KEBIDANAN KALA III PERSALINAN” agar mahasiswa dapat memahaminya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Askeb II Kebidanan yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelancaran dan kemudahan bagi kita semua.



Yogyakarta, Oktober 2012



BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Fase pengeluaran plasenta dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap. Berakhir dengan lahirnya plasenta. Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi/marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir.



1.2  Tujuan Penulisan

1)      Bagi penulis
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
2)      Bagi pembaca
Sebagai bahan bacaan dan menambah pengetahuan tentang pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai dengan standard.




BAB II

ISI

2.1    DEFINISI


1.      Kala III merupakan tahap ketiga persalinan yang berlangsung sejak blahir sampai plasenta lahir.
2.      Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

2.2    MEKANISME PELEPASAN PLASENTA


Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus (spontan atau dengan stimulus) setelah kala dua selesai. Berat plasenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode ekspulsi plasenta. Selaput ketuban dikeluarkan dengan penonjolan bagian ibu atau bagian janin.
Pada kala III persalinan otot uterus akan berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengketan plasenta. Karena tempat perlengketan menjadi semangkin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal, dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau kedalam vagina.

2.3    TANDA-TANDA PELEPASAN PLASENTA


1.      Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
2.      Tali pusat memanjang.
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.
3.      Semburan darah secara mendadak dan singkat atau secara tibt-tiba.
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang-kadang terlihat dalam waktu satu menit setelah bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit.

2.4    TUJUAN MANAJEMEN AKTIF KALA III


1.      Menurunkan angka kejadian perdarahan post partum.
2.      Mengurangi lamanya kala III.
3.      Mengurangi angka kematian dan angka kesakitan yang berhubungan dengan perdarahan.

2.5  KEUNTUNGAN MANAJEMEN  KALA III


1.      Persalinan Kala III yg lebih singkat.
2.      Mengurangi jumlah kehilangan darah.
3.      Mengurangi kejadian retensio plasenta.

2.6  MANAJEMEN AKTIF KALA III


1.      Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.
Cara pemberian :
1)      Segera berikan bayi yg telah terbungkus kain kepada ibu utk diberi ASI.
2)      Letakkan kain bersih diatas perut ibu.
3)      Periksa uterus utk memastikan tdk ada bayi yg lain.
4)      Memberitahukan pd ibu ia akan disuntik.
5)      Selambat-lambatnya dalam waktu dua menit setelah bayi lahir, segera suntikan oksitosin 10 unit IM pd 1/3 bawah paha kanan bagian luar.
2.      Melakukan penegangan tali pusat terkendali ( PTT ).
1)      Berdiri disamping ibu.
2)      Pindahkan klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala dua persalinan pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
3)      Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (alasa degan kain) tepat dibawah tulang pubis, gunakan tangan lain untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat melakukan peregangan pada tali pusat, tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan atas (dorso-kranial) korpus.
4)      Tegangkan kembali tali pusat ke arah bawah bersamaan degan itu, lakukan penekanan korpus uteri ke arah bawah dan kranial hingga plasenta terlepas dari tempat implantasinya.
5)      Jika plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya peregangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yg menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat.
6)      Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu utk meneran setelah itu plasenta akan terdorong ke introitus vagina. Tetap tegang kearah bawah mengikuti arah jalan lahir.
7)      Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, teruskan kelahiran plasenta degan menggunakan kedua tangan. Selaput ketuban mudah robek: pegang plasenta dengan kedua tangan rata degan lembut putar plasenta hingga selaput terpilin.
8)      Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban.
9)      Jika terjadi selaput robekan pada selaput ketuban saat melahirkan plasenta, dangan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama.
Gambar. penegangan tali pusat

3.      Rangsangan Taktil ( Masase ) fundus uteri.
Segera setelah kelahiran plasenta
1)      Letakkan telapak tangan pada fundus uteri.
2)      Jelaskan tindakan ini kepada ibu dan mungkin merasa tidak nyaman.
3)      Dengan lembut gerakkan tangan secara memutar pada fundus uteri sehingga uterus berkontraksi jika tidak berkontraksi dlm wkt 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri.
4)      Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh.
5)      Periksa uterus setelah satu hingga dua menit memastikan uterus berkontraksi degan baik, jika belum ulangi rangsangan taktil fundus uteri.
6)      Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.

2.7  CARA-CARA PELEPASAN PLASENTA

1)      Metode Ekspulsi Schultze
Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah (sentral) atau dari pinggir plasenta. Ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina (tanda ini dikemukakan oleh Ahfled) tanpa adanya perdarahan per vaginam. Lebih besar kemungkinannya terjadi pada plasenta yang melekat di fundus.


2)      Metode Ekspulsi Matthew-Duncan
Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas. Umumnya perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih hal ini patologik. Lebih besar kemungkinan pada implantasi lateral
Apabila plasenta lahir, umumnya otot-otot uterus segera berkontraksi, pembuluh-pembuluh darah akan terjepit, dan perdarahan segera berhenti.
Beberapa Prasat untuk mengetahui apakah plasenta lepas dari tempat implantasinya :
1)      Prasat Kustner.
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak akan dapat terjadi.
2)      Prasat Strassmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan ini berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
3)      Prasat Klein
Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah. Bila pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.













BAB III

PENUTUP


3.1 KESIMPULAN

Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus (spontan atau dengan stimulus) setelah kala dua selesai. Berat plasenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode ekspulsi plasenta. Selaput ketuban dikeluarkan dengan penonjolan bagian ibu atau bagian janin.
Pada kala III, otot uterus (miometrium)berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta.
Karena tempat perlekatan menjadi semkin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantassi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat implantasinya.






DAFTAR PUSTAKA


Saifudin, Abdul Bari. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP.
Coad, Jane dan Melvyn Dunstall. (2007). Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta : EGC.






0 comments

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar