KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Makalah
ini membahas tentang “ASUHAN KEBIDANAN KALA III PERSALINAN” agar
mahasiswa dapat memahaminya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Askeb II Kebidanan yang telah membimbing kami dalam
penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelancaran dan kemudahan bagi
kita semua.
Yogyakarta, Oktober 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fase
pengeluaran plasenta dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap. Berakhir
dengan lahirnya plasenta. Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi
pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya
plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan
perdarahan baru, atau dari tepi/marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai
perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta
terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi,
sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan
normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas
pusat. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir.
1.2 Tujuan Penulisan
1)
Bagi penulis
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
2)
Bagi pembaca
Sebagai bahan bacaan dan menambah pengetahuan
tentang pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai dengan standard.
BAB II
ISI
2.1
DEFINISI
1. Kala
III merupakan tahap ketiga persalinan yang berlangsung sejak blahir sampai
plasenta lahir.
2. Persalinan
kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban.
2.2
MEKANISME PELEPASAN PLASENTA
Penyebab
terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus (spontan atau
dengan stimulus) setelah kala dua selesai. Berat plasenta mempermudah
terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan
plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode ekspulsi plasenta. Selaput
ketuban dikeluarkan dengan penonjolan bagian ibu atau bagian janin.
Pada
kala III persalinan otot uterus akan berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlengketan plasenta. Karena tempat perlengketan
menjadi semangkin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta
akan terlipat, menebal, dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas,
plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau kedalam vagina.
2.3
TANDA-TANDA PELEPASAN PLASENTA
1. Perubahan
bentuk dan tinggi fundus.
Setelah
bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat
penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi
dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah
pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
2. Tali
pusat memanjang.
Tali pusat terlihat
menjulur keluar melalui vulva.
3. Semburan
darah secara mendadak dan singkat atau secara tibt-tiba.
Darah yang terkumpul di belakang
plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi.
Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam ruang diantara dinding
uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah
tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang-kadang
terlihat dalam waktu satu menit setelah bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit.
2.4
TUJUAN MANAJEMEN AKTIF KALA III
1. Menurunkan
angka kejadian perdarahan post partum.
2. Mengurangi
lamanya kala III.
3. Mengurangi
angka kematian dan angka kesakitan yang berhubungan dengan perdarahan.
2.5 KEUNTUNGAN
MANAJEMEN KALA III
1. Persalinan
Kala III yg lebih singkat.
2. Mengurangi
jumlah kehilangan darah.
3. Mengurangi
kejadian retensio plasenta.
2.6 MANAJEMEN AKTIF
KALA III
1. Pemberian
suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.
Cara
pemberian :
1) Segera
berikan bayi yg telah terbungkus kain kepada ibu utk diberi ASI.
2) Letakkan
kain bersih diatas perut ibu.
3) Periksa
uterus utk memastikan tdk ada bayi yg lain.
4) Memberitahukan
pd ibu ia akan disuntik.
5) Selambat-lambatnya
dalam waktu dua menit setelah bayi lahir, segera suntikan oksitosin 10 unit IM
pd 1/3 bawah paha kanan bagian luar.
2. Melakukan
penegangan tali pusat terkendali ( PTT ).
1) Berdiri
disamping ibu.
2) Pindahkan
klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala dua persalinan pada tali pusat
sekitar 5-10 cm dari vulva.
3) Letakkan
tangan yang lain pada abdomen ibu (alasa degan kain) tepat dibawah tulang pubis,
gunakan tangan lain untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat
melakukan peregangan pada tali pusat, tangan pada dinding abdomen menekan
korpus uteri ke bawah dan atas (dorso-kranial) korpus.
4) Tegangkan
kembali tali pusat ke arah bawah bersamaan degan itu, lakukan penekanan korpus
uteri ke arah bawah dan kranial hingga plasenta terlepas dari tempat
implantasinya.
5) Jika
plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya peregangan tali pusat dan tidak
ada tanda-tanda yg menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan
tali pusat.
6) Setelah
plasenta terlepas, anjurkan ibu utk meneran setelah itu plasenta akan terdorong
ke introitus vagina. Tetap tegang kearah bawah mengikuti arah jalan lahir.
7) Pada
saat plasenta terlihat pada introitus vagina, teruskan kelahiran plasenta degan
menggunakan kedua tangan. Selaput ketuban mudah robek: pegang plasenta dengan
kedua tangan rata degan lembut putar plasenta hingga selaput terpilin.
8) Lakukan
penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban.
9) Jika
terjadi selaput robekan pada selaput ketuban saat melahirkan plasenta, dangan
hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama.
Gambar.
penegangan tali pusat
3. Rangsangan
Taktil ( Masase ) fundus uteri.
Segera
setelah kelahiran plasenta
1) Letakkan
telapak tangan pada fundus uteri.
2) Jelaskan
tindakan ini kepada ibu dan mungkin merasa tidak nyaman.
3) Dengan
lembut gerakkan tangan secara memutar pada fundus uteri sehingga uterus
berkontraksi jika tidak berkontraksi dlm wkt 15 detik, lakukan penatalaksanaan
atonia uteri.
4) Periksa
plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh.
5) Periksa
uterus setelah satu hingga dua menit memastikan uterus berkontraksi degan baik,
jika belum ulangi rangsangan taktil fundus uteri.
6) Periksa
kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan
setiap 30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.
2.7 CARA-CARA
PELEPASAN PLASENTA
1)
Metode
Ekspulsi Schultze
Pelepasan ini dapat
dimulai dari tengah (sentral) atau dari pinggir plasenta. Ditandai oleh makin
panjang keluarnya tali pusat dari vagina (tanda ini dikemukakan oleh Ahfled)
tanpa adanya perdarahan per vaginam. Lebih besar kemungkinannya terjadi pada
plasenta yang melekat di fundus.
2) Metode Ekspulsi Matthew-Duncan
Ditandai oleh adanya
perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas. Umumnya perdarahan
tidak melebihi 400 ml. Bila lebih hal ini patologik. Lebih besar kemungkinan
pada implantasi lateral
Apabila plasenta lahir,
umumnya otot-otot uterus segera berkontraksi, pembuluh-pembuluh darah akan
terjepit, dan perdarahan segera berhenti.
Beberapa Prasat untuk
mengetahui apakah plasenta lepas dari tempat implantasinya :
1) Prasat
Kustner.
Tangan kanan
meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan daerah di atas
simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta
belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke dalam
vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan
secara hati-hati. Apabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak
akan dapat terjadi.
2) Prasat
Strassmann
Tangan kanan
meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri mengetok-ngetok fundus
uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan ini berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus.
3) Prasat
Klein
Wanita tersebut disuruh mengedan.
Tali pusat tampak turun ke bawah. Bila pengedanannya dihentikan dan tali pusat
masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding
uterus.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penyebab
terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus (spontan atau
dengan stimulus) setelah kala dua selesai. Berat plasenta mempermudah
terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan
plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode ekspulsi plasenta. Selaput
ketuban dikeluarkan dengan penonjolan bagian ibu atau bagian janin.
Pada kala
III, otot uterus (miometrium)berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga
uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat perlekatan plasenta.
Karena tempat
perlekatan menjadi semkin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka
pasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah
lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Setelah janin
lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum
uteri, tempat implantassi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat
implantasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Saifudin, Abdul Bari.
(2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta :
YBPSP.
Coad, Jane dan Melvyn
Dunstall. (2007). Anatomi dan Fisiologi
untuk Bidan. Jakarta : EGC.
0 comments
Posting Komentar