Jumat, 17 Mei 2013

ATRESIA ESOPHAGUS

.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang “ATRESIA ESOPHAGUS”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Askeb Neonatus, Bayi dan Balita yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelancaran dan kemudahan bagi kita semua.


 Yogyakarta, Maret 2013

   Penulis



BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Atresia esofagus termasuk kelompok kelainan kongenital terdiri dari gangguan kontinuitas esophagus dengan atau tanpa hubungan persisten dengan trakea. Pada penyakit ini, terdapat suatu keadaan dimana bagian proksimal dan distal esophagus tidak berhubungan. Pada bagian esophagus mengalami dilatasi yang kemudian berakhir kantung dengan dinding maskuler yang mengalami hipertofi yang khas yang memanjang sampai pada tingkat vertebra torakal sagmen 2-4.        
Bagian distal esophagus merupakan bagian yang mengalami atresia dengan diameter yang kecil dan dinding maskuler dan tipis. Bagian ini meluas sampai bagian atas diagfragma 1,2,3,4,5,6 sekitar 50 % bayi dengan atresia esophagus juga mengalami beberapa anomali terkait. Malformasi, kardiofaskuler, malformasi rangka termaksud hemivertebra dan perkembanga abnormal radius serta malformasi ginjal dan urogenital sering terjadi, semua kelainan ini disebut sindrom vecterl.

2.1  Rumusan Masalah

1)      Apa yang definisi dari atresia esophagus?
2)      Apa saja tipe-tipe atresia esophagus?
3)      Bagaimana manisfestasi klinis atresia esophagus?
4)      Bagaimana evaluasi diagnostic?
5)      Apa saja komplikasi pasca operasi?
6)      Apa saja diagnosis?
7)      Apa saja penatalaksanaan?



3.1  Tujuan

1)      Bagi penulis
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
2)   Bagi pembaca
Sebagai bahan bacaan dan menambah pengetahuan tentang pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai dengan standard.

BAB II

ISI

2.1  DEFINISI

Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau muara (buntu), pada esofagus (+). Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung esofagus buntu, sedangkan pada ¼ -1/3 kasus lainnya esophagus bagian bawah berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut sebagai atresia esophagus dengan fistula).
Kelainan lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula trakeoesofagus. Atresia esofagaus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan gastroin testinal (atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata).
Fistula trakeo esophagus adalah hubungan abnormal antara trakeo dan esofagus . Dua kondisi ini biasanya terjadi bersamaan, dan mungkin disertai oleh anomaly lain seperti penyakit jantung congenital. Untuk alas an yang tidak diketahui  esophagus dan trakea gagal untuk berdeferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu keempat dan kelima.

2.2  TIPE ATRESIA ESOFAGUS

1)      Tipe A
(5% sampai 8%) kantong buntu disetiap ujung asofagus, terpisah jauh dan     tanpa hubungan ke trakea.
2)      Tipe B
Kantong buntu disetiap ujung esophagus dengan fistula dari trakea ke segmen esophagus bagian atas (jarang).
3)      Tipe C
(80% sampai 95%) segmen esophagus proksimal berakhir pada kantong buntu, dan segmen distal dihbungkan ke trakea atau bronkus primer dan fistula pendek pada atau dekat bifurkasi.
4)      TIPE D (jarang)
Kedua segmen esophagus atas dan bawah dihubungkan  ke trakea
5)      TIPE E (jarang disbanding A atau C)
Sebaliknya trakea dan esophagus nomal dihubungkan dengan fistula umum.

2.3  TANDA DAN GEJALA

1.      Biasanya disertai hidramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan frekuensi bayi lahir prematur, sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu diertai hidramnion hendaknya dilakukan kateterisasi esofagus. Bila kateter terhenti pada jarak ≤ 10 cm, maka di duga atresia esofagus.
2.      Bila pada bbl Timbul sesak yang disertai dengan air liur yang meleleh keluar, di curigai terdapat atresia esofagus.
3.      Segera setelah di beri minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspirasi cairan kedalam jalan nafas.
4.      Pada fistula trakeosofagus, cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh karena itu bayi sering sianosis.

2.4  ETIOLOGI

Atresia esophagus disebabkan oleh:
1.      Tumor esophagus.
2.      Kehamilan dengan hidramnion
3.      Bayi lahir prematur,
      Tapi tidak semua bayi yang lahir premature mengalami penyakit ini. Dan ada alasan yang tidak diketahui mengapa esefagus dan trakea gagal untuk berdiferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu ke empat dan ke  lima.

2.5  MANIFESTASI KLINIK

Gambaran Atresia Di Tandai Dengan gangguan Proses Menelan waktu lahir dan terjadi gangguan pernapasan bila terjadi gangguan pernapasan bila bahan makanan teraspiasi kesana. Perlu penanggulangan bedah. Dan liur selalu meleleh dari mulut bayi dan berbui. Pada fistula trakea esophagus , cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru. Oleh karena itu bayi sering sianosis. Pemberian minum dapat menyebabkan batuk atau seperti tercekik dan bayi sianosis.
            Kelainan bawaan ini biasanya terdapat pada bayi yang lahir dengan kehamilan hidramnion dan biasanya bayi dalam keadaan kurang bulan. Pada bayi kurang bulan ini, pemberian minum sering menyebabkan bayi tersebut menjadi biru dan apnea tampa batuk –batuk. Jika terdapat fistula trekoesofagus perut bayi tampak membuncit karena terisi udara. Bila dimasukkan kateter melalui mulut sepanjang 7.5 – 10 cm dari bibir, kateter akan terbentur pada ujung esophagus yang buntu: dan jika kateter didorong terus akan melingkar – lingkar di dalam esophagus yang buntu tersebut. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan memasukkan pipa radio-opak atau larutan kontras liopodol ke dalam esophagus dan dibuat foto toraks biasa.

2.6  EVALUASI DIAGNOSTIK

1.      Ketidak mampuan untuk melewati kekakuan, radiopage ukuran 8 sampai 10 kateter French kedalam lambung melalui hidung atau mulut
2.      Sinar x palatum datar abdomen dan dada  dapat menunjukkan adanya  gas dalam lambung dan ujung kateter dalam kantung buntu.
3.      Pemindaian ultra suara dapat menunjukkan TEF in utero pada beberapa bayi.
4.      EKG dan ekokardiogrm dapat dilakukan karena korelasi tiggi  pada anomaly jantung.

2.7  KOMPLIKASI PASCA OPERASI

Komplikasi yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada atresia esofagus dan fistula atresia esophagus adalah sebagai berikut :
1.      Dismotilitas esophagus. Dismotilitas terjadi karena kelemahan otot dingin esophagus. Berbagai tingkat dismotilitas bisa terjadi setelah operasi ini. Komplikasi ini terlihat saat bayi sudah mulai makan dan minum.
2.      Gastroesofagus refluk. Kira-kira 50 % bayi yang menjalani operasi ini kana mengalami gastroesofagus refluk pada saat kanak-kanak atau dewasa, dimana asam lambung naik atau refluk ke esophagus. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan obat (medical) atau pembedahan.
3.      Trakeo esogfagus fistula berulang. Pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan seperti ini.
4.      Disfagia atau kesulitan menelan. Disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat esophagus yang diperbaiki. Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air untuk tertelannya makanan dan mencegah terjadinya ulkus.
5.      Kesulitan bernafas dan tersedak. Komplikasi ini berhubungan dengan proses menelan makanan, tertaannya makanan dan saspirasi makanan ke dalam trakea.
6.      Batuk kronis. Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan atresia esophagus, hal ini disebabkan kelemahan dari trakea.
7.      Meningkatnya infeksi saluran pernafasan. Pencegahan keadaan ini adalah dengan mencegah kontakk dengan orang yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen.

2.8  DIAGNOSIS

1.      Biasanya disertai denga hydra amnion (60 %) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan frekuensi bayi ang lahir premature. Sebaliknya bila dari ananese ditetapkan keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hidraamnion, hendakla dilakukan kateterisasiesofagus dengan kateter pada jarak kurang dari 10 cm , maka harus didiga adanya  atresia esophagus.
2.      Bila pada bayi baru lahir timbul sesak napas yang disertai air liur meleleh keluar, harus dicurigai adanya atresia esfagus.
3.      Segera setlah diberi minum, bay akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspiasi cairan kedam jalan nafas.
4.      Dianosis pasti dapat dibuat denga foto toraks yang akan menunjukkan gambaran kateter terhenti pada tempat  atresia. Pemberian kontras kedalam esophagus  dapat memberikan gambaran yang lebih pasti, tapi cara ini tidak dianjurkan.
5.      Perlu dibedakan pada pemeriksaan fisis apakah lambung terisi udara atau kosong untuk menunjang atau menyingkirkan terdapatnya fistula trakeoesofagus.  Hal ini dapat terlihat pada foto abdomen.

2.9  PENATALAKSANAAN

1.      Medik
Pengobatan dilakukan dengan operasi
2.      Kebidanan
Sebelum dilakukan operasi, bayi diletakkan setengah duduk untuk mencegah terjadinya regurgitasi cairan lambung kedalam paru. Cairan lambung harus sering diisap untuk mencegah aspirasi. Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi hendakna dirawat dalam inkobator agar mendapatkan lingkungan yang cukup hangat. Posisinya sering di ubah-ubah, pengisapan lender harus sering di lakukan bayi hendaknya dirangsang untuk menangi agar paru berkembang.
3.      Tindakan
a.       Pada anak segera dipasan kateter ke dalam esofagus dan bila mungkin dilakukan pengisapan terus menerus.
b.      Posisi anak tidur tergantung pada ada tidaknya fistula, karena aspirasi cairan lambung lebih berbahaya dari saliva. Anak dengan fistula trakeoesofaus ditidurkan setengah duduk anak tanpa fistula diletakkan dengan kepala lebih rendah (posisi trendeleburg)
c.       Anak dipersiapkan untuk operasi segera. Apakah dapat dilakukan penutupan fistula dengan segera atau hanya dilakukan gastrotomi tergantung dari jenis kelainan dan keadaan umum anak pada saat itu.


BAB III

PENUTUP


3.1    KESIMPULAN

Atresia esofagus merupakan suatu kelainan kongenital dengan variasi fistulatrakeoesofageal maupun kelainan kongenital lainnya. Atresia  esofagus yang dapat dicurigai sejak kehamilan, dan di diagnosa segera setelah bayi baru lahir. Bahaya utama pada atresia esofagus adalah resiko aspirasi, sehingga perlu dilakukan suction berulang. Penatalaksanaanya pada atresia esofagus adalah pembedahan, tetapi tetap dapat meninggalkan komplikasi lebih lanjut yang berhubungan dengan gangguan motilitas esofagus.

3.2    SARAN

Diharapkan mahasiswa dapat memahami mengenai atresia esophagus bagian-bagiannya serta dapat mengaplikasikan asuhan yang diberikan. Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan  oleh karena itu Kami mohon saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.


DAFTAR PUSTAKA


Ngastiyah. Perawatan anak sakit. Buku kedokteran. EGC,1997.                              Jakarta
Sylvia A price, Lorraine m Wilson. Patofisiologi. Buku kedokteran,                         EGC, 1997, Jakarta
Ronna L Wong. Keperawatan pediatric.Buku kedokteran,                                        EGC.2003.Jakarta.
Robbins dan kumar.Patologi .Fakultas kedoteran. Universitas                                  Aerlangga, Edisi 4 ,EGC, 1995, Jakarta
Ilmu kesehatan anak. Fakultas Kedokteran. EGC.1995. Jakata
Shienfield N. Esophageal atresia. [online]. [cited on 21 Agustus 2008]. Available from:URL:http://www.pedsurg.ucsf.edu/index.html
Blog HKS. Atresia esofagus. [online]. [cited on 11 Desember 2008]. Available from:URL:http://www.ksuheimi.blogspot.com/2008/07/ateresia-esofagus/html
Rasad S. Radiologi diagnostik. 2nd Ed. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.2006.
Kronemer KA, Warwick AS. Esophageal atresia/tracheosophageal fistula.URL:http://www.emedicine/medscape/com/article/414368/imaging
Kronemer KA, Warwick AS. Esophageal atresia/tracheosophageal fistula.URL:http://www.emedicine/medscape/com/article/414368/multimedia 
Blair G. Esophageal Atresia With Or Without Trakheoesophageal Fistula.http://www.emedicine.com[diakses 15 Februari 2008]2.


0 comments

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar