KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah ini membahas tentang “ATRESIA ESOPHAGUS”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Askeb Neonatus, Bayi dan Balita yang telah membimbing kami
dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
demi perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelancaran dan kemudahan bagi
kita semua.
Yogyakarta, Maret 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Atresia esofagus termasuk kelompok kelainan
kongenital terdiri dari gangguan kontinuitas esophagus dengan atau tanpa
hubungan persisten dengan trakea. Pada penyakit ini, terdapat suatu keadaan
dimana bagian proksimal dan distal esophagus tidak berhubungan. Pada bagian
esophagus mengalami dilatasi yang kemudian berakhir kantung dengan dinding
maskuler yang mengalami hipertofi yang khas yang memanjang sampai pada tingkat
vertebra torakal sagmen 2-4.
Bagian distal esophagus merupakan bagian yang
mengalami atresia dengan diameter yang kecil dan dinding maskuler dan tipis.
Bagian ini meluas sampai bagian atas diagfragma 1,2,3,4,5,6 sekitar 50 % bayi
dengan atresia esophagus juga mengalami beberapa anomali terkait. Malformasi,
kardiofaskuler, malformasi rangka termaksud hemivertebra dan perkembanga
abnormal radius serta malformasi ginjal dan urogenital sering terjadi, semua
kelainan ini disebut sindrom vecterl.
2.1 Rumusan Masalah
1) Apa
yang definisi dari atresia esophagus?
2) Apa
saja tipe-tipe atresia esophagus?
3) Bagaimana
manisfestasi klinis atresia esophagus?
4) Bagaimana
evaluasi diagnostic?
5) Apa
saja komplikasi pasca operasi?
6) Apa
saja diagnosis?
7) Apa
saja penatalaksanaan?
3.1 Tujuan
1) Bagi
penulis
Dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.
2) Bagi pembaca
Sebagai
bahan bacaan dan menambah pengetahuan tentang pelayanan kesehatan yang bermutu
dan sesuai dengan standard.
BAB II
ISI
2.1 DEFINISI
Atresia
berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau
muara (buntu), pada esofagus (+). Pada sebagian besar kasus atresia esofagus
ujung esofagus buntu, sedangkan pada ¼ -1/3 kasus lainnya esophagus bagian
bawah berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut sebagai atresia esophagus
dengan fistula).
Kelainan
lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula trakeoesofagus. Atresia
esofagaus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung,
kelainan gastroin testinal (atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata).
Fistula
trakeo esophagus adalah hubungan abnormal antara trakeo dan esofagus . Dua
kondisi ini biasanya terjadi bersamaan, dan mungkin disertai oleh anomaly lain
seperti penyakit jantung congenital. Untuk alas an yang tidak diketahui esophagus dan trakea gagal untuk
berdeferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu keempat dan kelima.
2.2 TIPE ATRESIA
ESOFAGUS
1)
Tipe A
(5% sampai 8%) kantong buntu disetiap ujung asofagus, terpisah jauh dan tanpa hubungan ke trakea.
(5% sampai 8%) kantong buntu disetiap ujung asofagus, terpisah jauh dan tanpa hubungan ke trakea.
2)
Tipe B
Kantong buntu disetiap ujung esophagus dengan fistula dari trakea ke segmen esophagus bagian atas (jarang).
Kantong buntu disetiap ujung esophagus dengan fistula dari trakea ke segmen esophagus bagian atas (jarang).
3)
Tipe C
(80% sampai 95%) segmen esophagus proksimal berakhir pada kantong buntu, dan segmen distal dihbungkan ke trakea atau bronkus primer dan fistula pendek pada atau dekat bifurkasi.
(80% sampai 95%) segmen esophagus proksimal berakhir pada kantong buntu, dan segmen distal dihbungkan ke trakea atau bronkus primer dan fistula pendek pada atau dekat bifurkasi.
4)
TIPE D
(jarang)
Kedua segmen esophagus atas dan bawah dihubungkan ke trakea
Kedua segmen esophagus atas dan bawah dihubungkan ke trakea
5)
TIPE E
(jarang disbanding A atau C)
Sebaliknya trakea dan esophagus nomal dihubungkan dengan fistula umum.
Sebaliknya trakea dan esophagus nomal dihubungkan dengan fistula umum.
2.3 TANDA DAN GEJALA
1. Biasanya
disertai hidramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan frekuensi
bayi lahir prematur, sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa
kehamilan ibu diertai hidramnion hendaknya dilakukan kateterisasi esofagus.
Bila kateter terhenti pada jarak ≤ 10 cm, maka di duga atresia esofagus.
2. Bila pada
bbl Timbul sesak yang disertai dengan air liur yang meleleh keluar, di curigai
terdapat atresia esofagus.
3. Segera
setelah di beri minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspirasi
cairan kedalam jalan nafas.
4. Pada fistula
trakeosofagus, cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh karena itu
bayi sering sianosis.
2.4 ETIOLOGI
Atresia esophagus disebabkan oleh:
1. Tumor
esophagus.
2. Kehamilan
dengan hidramnion
3. Bayi lahir
prematur,
Tapi tidak semua bayi yang lahir premature
mengalami penyakit ini. Dan ada alasan yang tidak diketahui mengapa esefagus
dan trakea gagal untuk berdiferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu
ke empat dan ke lima.
2.5 MANIFESTASI KLINIK
Gambaran Atresia Di Tandai Dengan gangguan Proses Menelan waktu lahir dan
terjadi gangguan pernapasan bila terjadi gangguan pernapasan bila bahan makanan
teraspiasi kesana. Perlu penanggulangan bedah. Dan liur selalu meleleh dari
mulut bayi dan berbui. Pada fistula trakea esophagus , cairan lambung juga
dapat masuk kedalam paru. Oleh karena itu bayi sering sianosis. Pemberian minum
dapat menyebabkan batuk atau seperti tercekik dan bayi sianosis.
Kelainan bawaan ini
biasanya terdapat pada bayi yang lahir dengan kehamilan hidramnion dan biasanya
bayi dalam keadaan kurang bulan. Pada bayi kurang bulan ini, pemberian minum
sering menyebabkan bayi tersebut menjadi biru dan apnea tampa batuk –batuk.
Jika terdapat fistula trekoesofagus perut bayi tampak membuncit karena terisi
udara. Bila dimasukkan kateter melalui mulut sepanjang 7.5 – 10 cm dari bibir,
kateter akan terbentur pada ujung esophagus yang buntu: dan jika kateter
didorong terus akan melingkar – lingkar di dalam esophagus yang buntu tersebut.
Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan memasukkan pipa radio-opak atau larutan
kontras liopodol ke dalam esophagus dan dibuat foto toraks biasa.
2.6 EVALUASI DIAGNOSTIK
1.
Ketidak mampuan untuk melewati kekakuan, radiopage
ukuran 8 sampai 10 kateter French kedalam lambung melalui hidung atau mulut
2.
Sinar x palatum datar abdomen dan dada dapat menunjukkan adanya gas dalam lambung dan ujung kateter dalam
kantung buntu.
3.
Pemindaian ultra suara dapat menunjukkan TEF in utero
pada beberapa bayi.
4.
EKG dan ekokardiogrm dapat dilakukan karena korelasi
tiggi pada anomaly jantung.
2.7 KOMPLIKASI PASCA OPERASI
Komplikasi
yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada atresia esofagus dan fistula
atresia esophagus adalah sebagai berikut :
1. Dismotilitas
esophagus. Dismotilitas terjadi karena kelemahan otot dingin esophagus.
Berbagai tingkat dismotilitas bisa terjadi setelah operasi ini. Komplikasi ini
terlihat saat bayi sudah mulai makan dan minum.
2. Gastroesofagus
refluk. Kira-kira 50 % bayi yang menjalani operasi ini kana mengalami
gastroesofagus refluk pada saat kanak-kanak atau dewasa, dimana asam lambung
naik atau refluk ke esophagus. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan obat
(medical) atau pembedahan.
3. Trakeo
esogfagus fistula berulang. Pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan
seperti ini.
4. Disfagia
atau kesulitan menelan. Disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat
esophagus yang diperbaiki. Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air untuk
tertelannya makanan dan mencegah terjadinya ulkus.
5. Kesulitan
bernafas dan tersedak. Komplikasi ini berhubungan dengan proses menelan
makanan, tertaannya makanan dan saspirasi makanan ke dalam trakea.
6. Batuk
kronis. Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan atresia
esophagus, hal ini disebabkan kelemahan dari trakea.
7. Meningkatnya
infeksi saluran pernafasan. Pencegahan keadaan ini adalah dengan mencegah
kontakk dengan orang yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan tubuh
dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen.
2.8 DIAGNOSIS
1. Biasanya
disertai denga hydra amnion (60 %) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan
frekuensi bayi ang lahir premature. Sebaliknya bila dari ananese ditetapkan
keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hidraamnion, hendakla dilakukan
kateterisasiesofagus dengan kateter pada jarak kurang dari 10 cm , maka harus
didiga adanya atresia esophagus.
2. Bila pada
bayi baru lahir timbul sesak napas yang disertai air liur meleleh keluar, harus
dicurigai adanya atresia esfagus.
3. Segera
setlah diberi minum, bay akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspiasi
cairan kedam jalan nafas.
4. Dianosis
pasti dapat dibuat denga foto toraks yang akan menunjukkan gambaran kateter
terhenti pada tempat atresia. Pemberian
kontras kedalam esophagus dapat
memberikan gambaran yang lebih pasti, tapi cara ini tidak dianjurkan.
5. Perlu
dibedakan pada pemeriksaan fisis apakah lambung terisi udara atau kosong untuk
menunjang atau menyingkirkan terdapatnya fistula trakeoesofagus. Hal ini dapat terlihat pada foto abdomen.
2.9 PENATALAKSANAAN
1. Medik
Pengobatan
dilakukan dengan operasi
2. Kebidanan
Sebelum dilakukan operasi, bayi diletakkan setengah duduk untuk mencegah
terjadinya regurgitasi cairan lambung kedalam paru. Cairan lambung harus sering
diisap untuk mencegah aspirasi. Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi
hendakna dirawat dalam inkobator agar mendapatkan lingkungan yang cukup hangat.
Posisinya sering di ubah-ubah, pengisapan lender harus sering di lakukan bayi
hendaknya dirangsang untuk menangi agar paru berkembang.
3. Tindakan
a.
Pada anak segera dipasan kateter ke dalam esofagus dan
bila mungkin dilakukan pengisapan terus menerus.
b.
Posisi anak tidur tergantung pada ada tidaknya
fistula, karena aspirasi cairan lambung lebih berbahaya dari saliva. Anak
dengan fistula trakeoesofaus ditidurkan setengah duduk anak tanpa fistula
diletakkan dengan kepala lebih rendah (posisi trendeleburg)
c.
Anak dipersiapkan untuk operasi segera. Apakah dapat
dilakukan penutupan fistula dengan segera atau hanya dilakukan gastrotomi
tergantung dari jenis kelainan dan keadaan umum anak pada saat itu.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Atresia
esofagus merupakan suatu kelainan kongenital dengan variasi
fistulatrakeoesofageal maupun kelainan kongenital lainnya. Atresia esofagus yang dapat dicurigai sejak kehamilan,
dan di diagnosa segera setelah bayi baru lahir. Bahaya utama pada atresia
esofagus adalah resiko aspirasi, sehingga perlu dilakukan suction berulang.
Penatalaksanaanya pada atresia esofagus adalah pembedahan, tetapi tetap dapat
meninggalkan komplikasi lebih lanjut yang berhubungan dengan gangguan motilitas
esofagus.
3.2 SARAN
Diharapkan mahasiswa dapat memahami mengenai atresia esophagus bagian-bagiannya
serta dapat mengaplikasikan asuhan yang diberikan. Dalam penulisan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan oleh
karena itu Kami mohon saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. Perawatan anak sakit. Buku
kedokteran. EGC,1997. Jakarta
Sylvia A price, Lorraine m Wilson.
Patofisiologi. Buku kedokteran, EGC,
1997, Jakarta
Ronna L Wong. Keperawatan pediatric.Buku
kedokteran, EGC.2003.Jakarta.
Robbins dan kumar.Patologi .Fakultas
kedoteran. Universitas Aerlangga,
Edisi 4 ,EGC, 1995, Jakarta
Ilmu kesehatan anak. Fakultas Kedokteran.
EGC.1995. Jakata
Shienfield N. Esophageal atresia. [online]. [cited on 21 Agustus 2008].
Available from:URL:http://www.pedsurg.ucsf.edu/index.html
Blog HKS. Atresia esofagus. [online]. [cited on 11 Desember 2008].
Available from:URL:http://www.ksuheimi.blogspot.com/2008/07/ateresia-esofagus/html
Rasad S. Radiologi diagnostik. 2nd Ed. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.2006.
Kronemer KA, Warwick AS. Esophageal atresia/tracheosophageal fistula.URL:http://www.emedicine/medscape/com/article/414368/imaging
Kronemer KA, Warwick AS. Esophageal atresia/tracheosophageal fistula.URL:http://www.emedicine/medscape/com/article/414368/multimedia
Blair G. Esophageal Atresia With Or Without Trakheoesophageal Fistula.http://www.emedicine.com[diakses 15
Februari 2008]2.
0 comments
Posting Komentar