Jumat, 17 Mei 2013

ETIKA PROMOSI KESEHATAN

.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang “ETIKA PROMOSI KESEHATAN”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Promosi kesehatan yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelancaran dan kemudahan bagi kita semua.


 Yogyakarta, Desember 2012

   Penulis


BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, dimana tercantum dalam pasal 28 H ayat 1 UUD 1945 yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat besar peranannya dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka mengimbangi makin ketatnya persaingan bebas di era globalisasi. Keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut memerlukan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan produktif dengan melibatkan semua sektor terkait termasuk swasta dan masyarakat.
Dewasa ini promosi kesehatan (health promotion) telah menjadi bidang yang semakin penting dari tahun ke tahun. Dalam tiga dekade terakhir, telah terjadi perkembangan yang signifikan dalam hal perhatian dunia mengenai masalah promosi kesehatan. Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum yang menitik beratkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).
Bagi individu, promosi kesehatan terkait dengan pengembangan program kebiasaan kesehatan yang baik sejak muda hingga dewasa dan lanjut usia (Taylor, 2003). Secara kolektif, berbagai sektor, unsur, dan profesi dalam masyarakat seperti praktisi medis, psikolog, media massa, dll.

1.2  Tujuan

1)      Bagi penulis
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
2)      Bagi pembaca
Sebagai bahan bacaan dan menambah pengetahuan tentang pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai dengan standard.

1.3  Manfaat

1)      Untuk menambah pengetahuan praktik promosi kesehatan.
2)      Untuk membantu mahasiswa dalam memahami pertimbangan-pertimbangan etis.
3)      Untuk menambah wawasan mengenai etika promosi kesehatan.
4)      Untuk menambah wawasan mengenai lingkup promosi kesehatan dalam praktik kebidanan.







BAB II

ISI

2.1  Etika Promosi Kesehatan

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan. Reformasi di bidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yang berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan pada dinamika kependudukan. Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran. Ketiga, Tantangan global sebagai akibat dari kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Keempat, Perubahan lingkungan. Kelima, Demokratisasi.
Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju IPTEK denganinformasi tentang determinan penyebab penyakit telah menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan yang lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif danpreventif.
Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
A.    Penetapan Sasaran
a)      Sasaran primer
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empow-erment).



b)      Sasaran sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyaraka tsebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial (social support).
c)      Sasaran tersier
Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat pusat, maupun daerahadalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan kebijakan-kebijakan atau keputusanyang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaranprimer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalandengan strategi advokasi.

B.     Pada tahun 2002, American Public Health Association secara resmi mengadopsi dua belas prinsip praktek kode etik untuk umum. Dua belas prinsip yang diuraikan:
1.      Kesehatan masyarakat terutama harus membahas penyebab dasar penyakit dan persyaratan untuk kesehatan, yang bertujuan untuk mencegah hasil kesehatan yang merugikan.
2.      Kesehatan masyarakat harus mencapai kesehatan masyarakat dengan cara yang menghormati hak-hak individu dalam masyarakat.
3.      Kebijakan kesehatan masyarakat, program, dan prioritas harus dikembangkan dan dievaluasi melalui proses yang menjamin kesempatan untuk masukan dari anggota masyarakat.
4.      Kesehatan masyarakat harus mengadvokasi dan bekerja untuk pemberdayaan dari pemuda anggota masyarakat, yang bertujuan untuk memastikan bahwa sumber daya dasar dan kondisi diperlukan untuk kesehatan dapat diakses oleh semua.
5.      Kesehatan masyarakat harus mencari informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan kebijakan yang efektif dan program yang melindungi dan mempromosikan kesehatan.
6.      Institusi kesehatan umum harus menyediakan masyarakat dengan informasi yang mereka miliki yang diperlukan untuk keputusan tentang kebijakan atau program-program dan harus mendapatkan persetujuan masyarakat untuk pelaksanaannya.
7.      Lembaga kesehatan publik harus bertindak secara tepat waktu pada informasi yang mereka miliki dalam sumber daya dan mandat yang diberikan kepada mereka oleh masyarakat.
8.      Program kesehatan umum dan kebijakan harus menggabungkan berbagai pendekatan yang mengantisipasi dan menghormati nilai-nilai yang beragam, keyakinan, dan budaya dalam masyarakat.
9.      Program kesehatan umum dan kebijakan harus dilaksanakan dengan cara yang paling meningkatkan lingkungan fisik dan sosial.
10.  Lembaga kesehatan publik harus melindungi kerahasiaan informasi yang dapat membawa kerugian bagi individu atau komunitas jika dibuat publik. Pengecualian harus dibenarkan
11.  Atas dasar kemungkinan tinggi membahayakan signifikan terhadap individu atau orang lain.
12.  Lembaga kesehatan publik harus memastikan kompetensi profesional karyawan mereka. Institusi kesehatan umum dan karyawan mereka harus terlibat dalam kolaborasi dan afiliasi dengan cara yang membangun kepercayaan publik dan efektivitas lembaga.

2.2  Praktik Promosi Kesehatan

Upaya promosi kesehatan merupakan tanggung jawab kita bersama, bahkan bukan sektor kesehatan semata, melainkan juga lintas sektor, masyarakat dan dunia usaha. Promosi kesehatan perlu didukung oleh semua pihak yang berkepentingan.
Rancangan program promosi kesehatan oleh bidan adalah memfokuskan bagaimana program kemitraan pelayanan persalinan terpadu dapat membantu peningkatan upaya keselamatan ibu dengan menjalin kemitraan dengan lintas sektoral yang terkait. Kemitraan mengandung arti saling bertukar pengetahuan, sumberdaya dan komitmen untuk mencapai tujuan bersama. Untuk itu diperlukan sikap saling menghargai dan keterbukaan tentang semua hal kemitraan dengan wanita. Pendekatan partisipasif ini melibatkan kaum ibu mampu mengenali dan menentukan prioritas masalah kesehatan ibu, menyusun rencana pemecahan masalah bersama pemerintah setempat dan melaksanakannya. Beberapa kegiatannya adalah pelatihan dukun bayi, pendidikan dan pelatihan kaum wanita dan pria tentang persalinan yang aman dirumah serta tentang keluarga berencana, mengembangkan persiapan rujukan ke rumah sakit dan mengembangkan materi informasi tentang kesehatan reproduksi.
Kemitraan dengan masyarakat dan dukun bayi. Pelatihan petugas dalamn upaya keselamatan ibu tidaklah lengkap tanpa penyuluhan dan motivasi terhadap keluarga, masyarakat dan dukun bayi.
Kemitraan dengan bidan. Perlu dilakukan dengan asosiasi kebidanan (IBI) dalam mendukung pelayanan kesehatan reproduksi. Melalui asosiasi ini diharapkan para bidan mengikuti program pelatihan kesehatan reproduksi yang mencakup penanganan kegawatan obstetri, pencegahan infeksi dan keluarga berencana. Perhatian utama organisasi ini adalah memaksimalkan kebijakan dan dukungan teknis yang lestari dalam menjaga kualitas pelayanan kesehatan ibu
          Implikasi program keselamatan ibu mencakup hal berikut:
a.       Menjamin kehadiran tenaga kesehatan pada setiap persalinan
b.      Memperluas akses terhadap pelayanan kebidanan ditingkat masyarakat
c.       Meningkatkan akses terhadap pelayanan obstetri esensial, termasuk pelayanan gawat darurat
d.      Menyediakan pelayanan terpadu kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana dan pelayanan pasca aborsi
Menjamin kesinambungan pelayanan yang berhubungan dengan sarana rujukan dan didukung oleh bahan habis pakai, alat, obat dan transportasi yang memadai

2.3  Pertimbangan-pertimbangan Etis

Pertimbangan-pertimbangan etis yang perlu kita lakukan dan pikirkan yakni :
1.      Promotor kesehatan tidak akan secara sengaja menunda pelayanan atau informasi, dilihat dari status pengetahuan sekarang yang dapat memberikan manfaat kepada klien, mereka berusaha mengikuti perkembangan promosi kesehatan
2.      Promotor kesehatan akan menghargai kerahasiaan informasi yang dapat mereka akses kecuali atas permintaan hokum dan demi kepentingan klien
3.      Promotor kesehatan harus tidak melakukan kegiatan promosi kesehatan yang tidak kompoten bisa kerjakan.

     2.4 Pendekatan Promosi Kesehatan

1.      Pendekatan Medik
Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan yangdidefinisikan secara medic, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit jantung.Pendekatan ini melibatkan kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan,mungkin dengan metode persuasive maupun paternalistic. Sebagai contoh, memberitahuorang tua agar membawa anak mereka untuk imunisasi, wanita untuk memanfaatkanklinik keluarga berencana dan pria umur pertengahan untuk dilakukan screening takanandarah. Pendekatan ini memberikan arti penting dari tindakan pencegahan medic dantanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat kepastian bahwa pasien patuh padaprosedur yang dianjurkan.


2.      Pendekatan Perubahan Perilaku
Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu masyarakat, sehingga mereka mengambil gaya hidup “ sehat “. Contohnya antara lain mengajarkanorang bagaimana menghentikan merokok, pendidikan tentang minum alcohol “wajar “,mendorong orang untuk melakukan latihan olahraga, memelihara gigi, makan makananyang baik dan seterusnya. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup “sehat “merupakan hal paling baik bagi kliennya dan akanmelihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk mendorong sebanyak mungkin oranguntuk mengadopsi gaya hidup sehat yang menguntungkan.

3.      Pendekatan Edukasional
Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan memastikan pengetahuandan pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat keputusan yang ditetapkan atasdasar informasi yang ada. Informasi tentang kesehatan disajikan dan orang dibantu untuk menggali nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka sendiri. Bantuan dalammelaksanakan keputusan-keputusan itu dan mengadopsi praktek kesehatan baru dapatpula ditawarkan, program pendidikan kesehatan sekolah, misalnya menekankanmembantu murid mempelajari ketrampilan hidup sehat, tidak hanya memperolehpengetahuannya. orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan memberi arti tinggibagi proses pendidikan, akan menghargai hal individu untuk memilih perilaku merekasendiri, dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka mengangkat bersamapersoalan-persoalan kesehatan yang mereka anggap menjadi hal yang paling baik bagiklien mereka.


4.      Pendekatan Berpusat Pada Klien
Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu merekamengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat keputusandan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan nilai mereka. Peran promotorkesehatan adalah bertindak sebagai fasilitator, membantu orang mengidentifikasikepedulian-kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan serta ketrampilan yangmereka butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri sendiri kliendilihat sebagai central dari tujuan ini. Klien dihargai sama yang mempunyaipengetahuan, ketrampilan dan kemampuan berkontribusi dan siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan kesehatan mereka sendiri.

5.      Pendekatan Perubahan Sosial
Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada lingkunganfisik, social dan ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih mendukung untuk keadaanyang sehat. Contohnya adalah mengubah masyarakat, bukan pada pengubahan perilakuindividu-individunya. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan nilaipenting bagi hak demokrasi mereka mengubah masyarakat, mempunyai komitmen padapenempatan kesehatan dalam agenda politik di berbagai tingkat dan pada pentingnyapembentukan lingkungan yang sehat daripada pembentukan kehidupan individu-individuorang yang tinggal di tempat itu




BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Upaya promosi kesehatan merupakan tanggung jawab bersama. Olehkarena itu, promosi kesehatan perlu didukung oleh semua pihak yang berkepentingan. Rancangan program promosi kesehatan yang dilaksanakan oleh bidan melalui program kemitraan pelayanan persalinan terpadu. Program ini diharapkan dapat membantu peningkatan upaya keselamatan ibu engan menjalin kemitraan lintas sektoral yang terkait. Bentuk kemitraan terdiri atas kemitraan dengan masyarakat, dukun bayi, organisasi IBI, dan dengan penentu kebijakan ( pemerintah atau tokoh masyarakat) dalam mendukung pelayanan kesehatan reproduksi. Kemitraan mengandung arti saling bertukar pengetahuan, sumber daya, dan komitmen untuk mencapai tujuan bersama. Beberapa kegiatannya meliputi pelatihan dukun bayi, pendidikan/pelatihan kaum wanita dan pria tentang persalina dirumah, keluarga berencana, mengembangkan persiapan rujukan kerumah sakit, serta mengembangkan materi informasi tentang kesehatan reproduksi.

3.2  Saran

Diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang Praktik promosi kesehatan dan pertimbangan-pertimbangan etis. Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan  oleh karena itu Kami mohon saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
.

DAFTAR PUSTAKA


Novita Yesidkk, 2011, Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan,       Jakarta, Salemba Medika.
WHO.1992 Pendidikan Kesehatan, Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar, Bandung;   Penerbit ITB dan Penerbit Udayana.
Mubarak, Wahid Iqbal. 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Meika
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta




0 comments

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar