KATA
PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Makalah ini membahas tentang “ETIKA PROMOSI KESEHATAN”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Promosi kesehatan yang telah membimbing kami dalam
penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelancaran dan kemudahan bagi kita semua.
Yogyakarta, Desember 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembangunan
kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, dimana
tercantum dalam pasal 28 H ayat 1 UUD 1945 yaitu hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat besar peranannya dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka mengimbangi makin
ketatnya persaingan bebas di era globalisasi. Keberhasilan pembangunan
kesehatan tersebut memerlukan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan
produktif dengan melibatkan semua sektor terkait termasuk swasta dan
masyarakat.
Dewasa ini promosi kesehatan (health
promotion) telah menjadi bidang yang semakin penting dari tahun ke tahun. Dalam
tiga dekade terakhir, telah terjadi perkembangan yang signifikan dalam hal
perhatian dunia mengenai masalah promosi kesehatan. Penyelenggaraan promosi kesehatan
dilakukan dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan
sektor kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur
dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah
suatu filosofi umum yang menitik beratkan pada gagasan bahwa kesehatan yang
baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).
Bagi individu, promosi kesehatan terkait
dengan pengembangan program kebiasaan kesehatan yang baik sejak muda hingga
dewasa dan lanjut usia (Taylor, 2003). Secara kolektif, berbagai sektor, unsur,
dan profesi dalam masyarakat seperti praktisi medis, psikolog, media massa, dll.
1.2
Tujuan
1) Bagi penulis
Dapat menambah
wawasan ilmu pengetahuan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
2) Bagi pembaca
Sebagai bahan bacaan dan menambah pengetahuan
tentang pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai dengan standard.
1.3
Manfaat
1) Untuk
menambah pengetahuan praktik promosi kesehatan.
2) Untuk
membantu mahasiswa dalam memahami pertimbangan-pertimbangan etis.
3) Untuk
menambah wawasan mengenai etika promosi kesehatan.
4) Untuk
menambah wawasan mengenai lingkup promosi kesehatan dalam praktik kebidanan.
BAB II
ISI
2.1
Etika Promosi Kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional. Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia
tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa
membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya.
Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai
berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan
kesehatan.
Oleh karena itu diperlukan adanya
reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan
kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal
dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam
pembangunan kesehatan. Reformasi di bidang kesehatan perlu dilakukan mengingat
lima fenomena yang berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan. Pertama,
perubahan pada dinamika kependudukan. Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi
kedokteran. Ketiga, Tantangan global sebagai akibat dari kebijakan perdagangan
bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Keempat, Perubahan
lingkungan. Kelima, Demokratisasi.
Perubahan pemahaman konsep akan sehat
dan sakit serta semakin maju IPTEK denganinformasi tentang determinan penyebab
penyakit telah menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan yang lama yang
mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya
untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma
sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan
mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui
kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif danpreventif.
Dalam Indonesia Sehat 2010,
lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat
yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi
lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang
berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong
menolong. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang
bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko
terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi
aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
A. Penetapan
Sasaran
a) Sasaran
primer
Masyarakat
pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi
kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat
dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil
dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk
kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran
primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empow-erment).
b) Sasaran
sekunder
Para
tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran
sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini
diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan
pada masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh
masyaraka tsebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh
masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat
sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini
adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial (social support).
c) Sasaran
tersier
Para
pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat pusat, maupun
daerahadalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan kebijakan-kebijakan
atau keputusanyang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap
perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat
umum (sasaranprimer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran
tersier ini sejalandengan strategi advokasi.
B. Pada tahun 2002, American Public
Health Association secara resmi mengadopsi dua belas prinsip praktek kode etik
untuk umum. Dua belas prinsip yang diuraikan:
1. Kesehatan masyarakat terutama harus membahas
penyebab dasar penyakit dan persyaratan untuk kesehatan, yang bertujuan untuk
mencegah hasil kesehatan yang merugikan.
2. Kesehatan masyarakat harus mencapai
kesehatan masyarakat dengan cara yang menghormati hak-hak individu dalam
masyarakat.
3. Kebijakan kesehatan masyarakat,
program, dan prioritas harus dikembangkan dan dievaluasi melalui proses yang
menjamin kesempatan untuk masukan dari anggota masyarakat.
4. Kesehatan masyarakat harus
mengadvokasi dan bekerja untuk pemberdayaan dari pemuda anggota masyarakat,
yang bertujuan untuk memastikan bahwa sumber daya dasar dan kondisi diperlukan
untuk kesehatan dapat diakses oleh semua.
5. Kesehatan masyarakat harus mencari
informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan kebijakan yang efektif dan program
yang melindungi dan mempromosikan kesehatan.
6. Institusi kesehatan umum harus
menyediakan masyarakat dengan informasi yang mereka miliki yang diperlukan
untuk keputusan tentang kebijakan atau program-program dan harus mendapatkan
persetujuan masyarakat untuk pelaksanaannya.
7. Lembaga kesehatan publik harus
bertindak secara tepat waktu pada informasi yang mereka miliki dalam sumber
daya dan mandat yang diberikan kepada mereka oleh masyarakat.
8. Program kesehatan umum dan kebijakan
harus menggabungkan berbagai pendekatan yang mengantisipasi dan menghormati
nilai-nilai yang beragam, keyakinan, dan budaya dalam masyarakat.
9. Program kesehatan umum dan kebijakan
harus dilaksanakan dengan cara yang paling meningkatkan lingkungan fisik dan
sosial.
10. Lembaga kesehatan publik harus
melindungi kerahasiaan informasi yang dapat membawa kerugian bagi individu atau
komunitas jika dibuat publik. Pengecualian harus dibenarkan
11. Atas dasar kemungkinan tinggi
membahayakan signifikan terhadap individu atau orang lain.
12. Lembaga kesehatan publik harus memastikan
kompetensi profesional karyawan mereka. Institusi kesehatan umum dan karyawan
mereka harus terlibat dalam kolaborasi dan afiliasi dengan cara yang membangun
kepercayaan publik dan efektivitas lembaga.
2.2
Praktik Promosi Kesehatan
Upaya promosi kesehatan merupakan
tanggung jawab kita bersama, bahkan bukan sektor kesehatan semata, melainkan
juga lintas sektor, masyarakat dan dunia usaha. Promosi kesehatan perlu
didukung oleh semua pihak yang berkepentingan.
Rancangan program promosi kesehatan oleh
bidan adalah memfokuskan bagaimana program kemitraan pelayanan persalinan
terpadu dapat membantu peningkatan upaya keselamatan ibu dengan menjalin
kemitraan dengan lintas sektoral yang terkait. Kemitraan mengandung arti saling
bertukar pengetahuan, sumberdaya dan komitmen untuk mencapai tujuan bersama.
Untuk itu diperlukan sikap saling menghargai dan keterbukaan tentang semua hal
kemitraan dengan wanita. Pendekatan partisipasif ini melibatkan kaum ibu mampu
mengenali dan menentukan prioritas masalah kesehatan ibu, menyusun rencana
pemecahan masalah bersama pemerintah setempat dan melaksanakannya. Beberapa
kegiatannya adalah pelatihan dukun bayi, pendidikan dan pelatihan kaum wanita
dan pria tentang persalinan yang aman dirumah serta tentang keluarga berencana,
mengembangkan persiapan rujukan ke rumah sakit dan mengembangkan materi
informasi tentang kesehatan reproduksi.
Kemitraan dengan masyarakat dan dukun
bayi. Pelatihan petugas dalamn upaya keselamatan ibu tidaklah lengkap tanpa
penyuluhan dan motivasi terhadap keluarga, masyarakat dan dukun bayi.
Kemitraan dengan bidan. Perlu dilakukan
dengan asosiasi kebidanan (IBI) dalam mendukung pelayanan kesehatan reproduksi.
Melalui asosiasi ini diharapkan para bidan mengikuti program pelatihan
kesehatan reproduksi yang mencakup penanganan kegawatan obstetri, pencegahan
infeksi dan keluarga berencana. Perhatian utama organisasi ini adalah
memaksimalkan kebijakan dan dukungan teknis yang lestari dalam menjaga kualitas
pelayanan kesehatan ibu
Implikasi
program keselamatan ibu mencakup hal berikut:
a. Menjamin
kehadiran tenaga kesehatan pada setiap persalinan
b. Memperluas
akses terhadap pelayanan kebidanan ditingkat masyarakat
c. Meningkatkan
akses terhadap pelayanan obstetri esensial, termasuk pelayanan gawat darurat
d. Menyediakan
pelayanan terpadu kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana dan
pelayanan pasca aborsi
Menjamin kesinambungan pelayanan yang
berhubungan dengan sarana rujukan dan didukung oleh bahan habis pakai, alat,
obat dan transportasi yang memadai
2.3 Pertimbangan-pertimbangan
Etis
Pertimbangan-pertimbangan etis yang
perlu kita lakukan dan pikirkan yakni :
1. Promotor
kesehatan tidak akan secara sengaja menunda pelayanan atau informasi, dilihat
dari status pengetahuan sekarang yang dapat memberikan manfaat kepada klien,
mereka berusaha mengikuti perkembangan promosi kesehatan
2. Promotor
kesehatan akan menghargai kerahasiaan informasi yang dapat mereka akses kecuali
atas permintaan hokum dan demi kepentingan klien
3. Promotor
kesehatan harus tidak melakukan kegiatan promosi kesehatan yang tidak kompoten
bisa kerjakan.
2.4 Pendekatan Promosi Kesehatan
1. Pendekatan
Medik
Tujuan
dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan
yangdidefinisikan secara medic, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit
jantung.Pendekatan ini melibatkan kedokteran untuk mencegah atau meringankan
kesakitan,mungkin dengan metode persuasive maupun paternalistic. Sebagai
contoh, memberitahuorang tua agar membawa anak mereka untuk imunisasi, wanita
untuk memanfaatkanklinik keluarga berencana dan pria umur pertengahan untuk
dilakukan screening takanandarah. Pendekatan ini memberikan arti penting dari
tindakan pencegahan medic dantanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat
kepastian bahwa pasien patuh padaprosedur yang dianjurkan.
2. Pendekatan
Perubahan Perilaku
Tujuan
dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu masyarakat, sehingga mereka
mengambil gaya hidup “ sehat “. Contohnya antara lain mengajarkanorang
bagaimana menghentikan merokok, pendidikan tentang minum alcohol “wajar
“,mendorong orang untuk melakukan latihan olahraga, memelihara gigi, makan
makananyang baik dan seterusnya. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini
akan merasa yakin
bahwa gaya hidup “sehat “merupakan hal paling baik bagi kliennya dan
akanmelihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk mendorong sebanyak mungkin
oranguntuk mengadopsi gaya hidup sehat yang menguntungkan.
3. Pendekatan
Edukasional
Tujuan
dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan memastikan pengetahuandan
pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat keputusan yang ditetapkan
atasdasar informasi yang ada. Informasi tentang kesehatan disajikan dan orang
dibantu untuk menggali nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka sendiri.
Bantuan dalammelaksanakan keputusan-keputusan itu dan mengadopsi praktek
kesehatan baru dapatpula ditawarkan, program pendidikan kesehatan sekolah,
misalnya menekankanmembantu murid mempelajari ketrampilan hidup sehat, tidak
hanya memperolehpengetahuannya. orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan
memberi arti tinggibagi proses pendidikan, akan menghargai hal individu untuk
memilih perilaku merekasendiri, dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab
mereka mengangkat bersamapersoalan-persoalan kesehatan yang mereka anggap menjadi
hal yang paling baik bagiklien mereka.
4. Pendekatan
Berpusat Pada Klien
Tujuan
dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu
merekamengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat
keputusandan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan nilai mereka.
Peran promotorkesehatan adalah bertindak sebagai fasilitator, membantu orang
mengidentifikasikepedulian-kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan serta
ketrampilan yangmereka butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan.
Pemberdayaan diri sendiri kliendilihat sebagai central dari tujuan ini. Klien
dihargai sama yang mempunyaipengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
berkontribusi dan siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan
kesehatan mereka sendiri.
5. Pendekatan
Perubahan Sosial
Tujuan
dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada lingkunganfisik,
social dan ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih mendukung untuk keadaanyang
sehat. Contohnya adalah mengubah masyarakat, bukan pada pengubahan
perilakuindividu-individunya. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini
memberikan nilaipenting bagi hak demokrasi mereka mengubah masyarakat,
mempunyai komitmen padapenempatan kesehatan dalam agenda politik di berbagai
tingkat dan pada pentingnyapembentukan lingkungan yang sehat daripada
pembentukan kehidupan individu-individuorang yang tinggal di tempat itu
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Upaya promosi kesehatan
merupakan tanggung jawab bersama. Olehkarena itu, promosi kesehatan perlu
didukung oleh semua pihak yang berkepentingan. Rancangan program promosi
kesehatan yang dilaksanakan oleh bidan melalui program kemitraan pelayanan
persalinan terpadu. Program ini diharapkan dapat membantu peningkatan upaya
keselamatan ibu engan menjalin kemitraan lintas sektoral yang terkait. Bentuk
kemitraan terdiri atas kemitraan dengan masyarakat, dukun bayi, organisasi IBI,
dan dengan penentu kebijakan ( pemerintah atau tokoh masyarakat) dalam
mendukung pelayanan kesehatan reproduksi. Kemitraan mengandung arti saling
bertukar pengetahuan, sumber daya, dan komitmen untuk mencapai tujuan bersama.
Beberapa kegiatannya meliputi pelatihan dukun bayi, pendidikan/pelatihan kaum
wanita dan pria tentang persalina dirumah, keluarga berencana, mengembangkan
persiapan rujukan kerumah sakit, serta mengembangkan materi informasi tentang
kesehatan reproduksi.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang Praktik promosi
kesehatan dan pertimbangan-pertimbangan etis. Dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan oleh karena
itu Kami mohon saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
.
DAFTAR PUSTAKA
Novita Yesidkk, 2011, Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan, Jakarta, Salemba Medika.
WHO.1992 Pendidikan Kesehatan, Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar, Bandung; Penerbit ITB dan Penerbit Udayana.
Mubarak, Wahid Iqbal. 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Meika
Notoatmodjo,
Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta :
Rineka Cipta
http://enyretnaambarwati.blogspot.com/search/label/Promosi%20Kesehatan Di kutip 17
Desember 2012 pukul 20.00 WIB
0 comments
Posting Komentar